Kecamatan Bergema dengan Tilawah Indah, Santri Pondok Pesantren Imam At-Thabari Juara 1 dan 2 STQ XXVII

Picture of Bung Oji
Bung Oji

Admin 1

Memupuk Cinta pada Al-Quran

Di sebuah sudut kecamatan yang tenang, gemuruh kegembiraan memenuhi ruang publik saat seorang santri berhasil meraih hadiah di perlombaan seleksi Tilawatil Quran tingkat kecamatan. Lomba ini bukan hanya sekadar ajang kompetisi, tetapi juga suatu peristiwa yang memancarkan semangat, kecintaan, dan penghormatan pada kitab suci umat Islam Al Qur’an.

Sebuah kilauan kebahagiaan terpancar dari wajah pemenang, yang dengan penuh kekhusyukan dan ketekunan telah menghadapi serangkaian ujian dalam membacakan ayat-ayat suci Al-Quran. Lomba tilawatil Quran di tingkat kecamatan menjadi sebuah momen istimewa, di mana siswa-siswa dan juga santri berkompetisi untuk meraih penghargaan dan memperlihatkan kecakapan mereka dalam membaca Al-Quran.

Pemenang lomba ini tidak hanya memperoleh trofi dan sertifikat, tetapi juga pengalaman berharga dalam merenungkan dan memahami makna-makna dalam Al-Quran. Melalui pembacaan yang baik dan benar, mereka tidak hanya menunjukkan keahlian teknis dalam tajwid dan tartil, tetapi juga memancarkan rasa penghormatan dan cinta kepada kitab suci.

Perlombaan tilawatil Quran tingkat kecamatan sering kali menjadi ajang unggul bagi para santri untuk menunjukkan dedikasi mereka dalam menghafal dan memahami isi Al-Quran. Proses persiapan untuk lomba ini tidaklah mudah; siswa harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk melatih intonasi, memperbaiki tajwid, dan memahami konteks ayat-ayat yang dibacakan.

Saat berita tentang kemenangan santri tersebut diumumkan, suasana kebanggaan dan keceriaan merambah di Pondok Imam At Thabari dan komunitas setempat. Asatidz, teman-teman sekelas, dan keluarga dengan bangga memberikan ucapan selamat kepada pemenang. Momen ini bukan hanya sebagai pengakuan atas keberhasilan individu, tetapi juga sebagai kebanggaan bagi sekolah dan komunitas yang telah mendukung proses pembelajaran santri.

Pentingnya lomba tilawatil Quran ini tidak hanya terletak pada aspek kompetisi semata, melainkan pada dampak positif yang dihasilkan dalam pembentukan karakter santri. Proses persiapan untuk lomba membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kecintaan pada agama. Santri belajar untuk menghormati dan mendekatkan diri pada Al-Quran sebagai sumber pedoman hidup.

Selain itu, lomba tilawatil Quran tingkat kecamatan juga menjadi sarana untuk mempromosikan toleransi antarumat beragama. Masyarakat setempat, tanpa memandang perbedaan keyakinan, turut merayakan keberhasilan santri dan menghargai keindahan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran. Lomba ini membangun jembatan antara komunitas beragama, menciptakan atmosfer harmoni dan saling pengertian di tengah-tengah perbedaan.

Kemenangan santri dalam lomba tilawatil Quran tingkat kecamatan bukan hanya sukses pribadi, tetapi juga sebuah tonggak prestasi bagi pondok dan masyarakat setempat. Semangat kecintaan pada Al-Quran yang tumbuh dari perlombaan ini akan terus memberikan dampak positif dalam pembentukan karakter santri dan memperkuat hubungan antarumat beragama dalam masyarakat.

"Mencari ilmu tanpa karakter bagaikan pohon tanpa akar, mudah tumbang. Mencari karakter tanpa ilmu bagaikan perahu tanpa nahkoda, mudah tersesat. Salaf x Gontor bahu-membahu, mewujudkan insan kamil yang paripurna."